Alat Yang Digunakan: Ballpoint, Spidol Permanen, Oil-Paste Crayon merek Pentel, Spidol Warna-warni merek Snowman (tidak ada pensil maupun penghapus yang terlibat)
Kali ini, aku mengambil adegan yang jarang diangkat ke bentuk senirupa (tidak seperti adegan-adegan populer lain seperti penculikan Dewi Sinta atau Werkudara melawan Ular Naga atau Arjuna melawan Karna)
Adegan ini berasal dari babak pembuka kisah
Sumbadra Larung atau
Sembadra Larung yang merupakan cerita asli Jawa (alias tidak ada di dalam kisah Mahabharata yang asli).
Sumbadra Larung sendiri mengambil tempat segera setelah kisah
Arjuna Krama yang menceritakan pernikahan Arjuna dan Sumbadra yang heboh. Balai Pustaka sendiri pernah menerbitkan kisah Sumbadra Larung yang diceritakan ulang oleh Sunardi DM (salah satu novelis favoritku).
Latar belakang kisah ini sebagai berikut (catatan: aku selalu bersimpati pada tokoh-tokoh seperti Rahwana dan Burisrawa, jadi cenderung menyimpang dari pakem. Aku selalu menanggap tokoh-tokoh tersebut adalah tokoh2 yang jadi bertindak menyimpang karena jatuh cinta):
Alkisah,
Burisrawa masih tidak rela menerima kekalahannya dalam memperebutkan Sumbadra. Pada suatu malam, ia menyusup ke kaputren, berusaha menculik Dewi Sumbadra. Namun Dewi Sumbadra melawan dan akhirnya tertusuk dan tewas.
Sebelum sempat meratapi kesalahannya, muncullah Dewi Srikandi, yang bertanggung jawab atas keamanan kaputren. Mendengar suara jeritan, Dewi Srikandi segera keluar dan melihat Dewi Sumbadra bersimbah darah. Melihat sesosok tubuh besar di dekatnya, tanpa ragu-ragu ia langsung menyerang.
(siapa bilang Srikandi hanya bisa memanah? Srikandi juga bisa bertarung kasar)
Nantinya, kisah ini berlanjut di mana Dewi Sumbadra harus dilarungkan (ditaruh di perahu dan dibiarkan hanyut mengikuti sungai) dahulu sebelum dapat dihidupkan. Perahu ini nantinya menarik minat seorang pemuda yang ternyata adalah Antareja, anak Bima, cucu Hyang Antaboga.